Monday, June 13, 2011

DKV VS PERIKLANAN

Judul yang klise sejak munculnya fakultas desain komunikasi visual di era 1990an. Terasa malas untuk memikirkannya, tetapi hal ini yang menjadikan bidang studi desain grafis (sekarang menjadi DKV) di Indonesia kehilangan arah bentuk pendidikan yang sesungguhnya. Fetisme orang-orang di bidang periklanan memang menarik sekali secara realitas, menantang, terlihat nyeleneh, dibayar mahal dll. Secara keilmuan bidang periklanan yang berkembang dari ilmu komunikasi memang sudah mapan dengan pondasi bidang keilmuannya sendiri dimana metodologi yang digunakan sudah semakin menemukan jatidirinya sebagai bidang ilmu yang kaya akan sudut pandang dan ajeg.
Kita menengok kembali kepada DKV sebagai jurusan yang masih seumur jagung di negeri ini, terlihat sangat memiliki prospek yang begitu gemilang….eiitt tunggu dulu ternyata dalam perkembangannya muncul sebuah pertentangan yang tak habisnya, terutama dikalangan mahasiswa baru, notabene mereka selalu mengagungkan bahwa mereka adalah bagian dari komunitas periklanan, yang dapat menciptakan iklan-iklan unik nan menarik dengan komunikasi yang efektif tentunya????…..
wawawaw…terlena sekali mereka
ada dua pertanyaan bagi saya apakah mereka sadar dengan kemampuan mereka? atau pengetahuan tentang studi DKV yang tidak mereka pahami sejak masuk jurusan tersebut…saya cenderung melihat pertanyaan kedua yang lebih relevan, sebab apa yang secara akademis saya pelajari telah membuka wawasan saya akan bidang studi DKV yang semakin saya bandingkan dengan studi lainnya, …..
secara keilmuan bidang DKV boleh dibilang bidang studi yang miskin dan masih anak bawang, masih mencari jatidiri yang layak di percaturan bidang studi di tanah air ini. Betapa tidak dari tools keilmuan untuk membedah permasalahan-permasalahan di bidangnya (komunikasi visual), saya tidak menemukan metode keilmuan yang benar-benar mewakili bidangnya. Saya hanya menemukan pendekatan semiotika yang relevan untuk membedah permasalahan di bidang komunikasi visual yang itu juga adaptif dari bidang ilmu komunikasi (fakultas Komunikasi), yang mereka kembangkan dari ilmu linguistik…….ilmu presepsi dari jurusan psikologis dan isanya saya melihat DKV mengadopsi pendekatan dari ilmu marketing atau PR.
Kita tengok kembali studi di fakultas komunikasi, dimana terdapat bidang studi periklanan, mereka tidak hanya belajar cara membuat iklan sebagai salah-satu saluran komunikasi yang efektif, tetapi juga belajar memecahkan berbagai permasalahan komunikasi dari sudutpandang keilmuan yang sudah mapan. Mulai dari cara berkomunikasi verbal yang efektif untuk berbagai target audience, menggunakan bahasa simbolis (tanda) yang tepat untuk entitas tertentu, sampai dengan mempelajari perilaku dari sasaran komunikasinya. Secara konseptual mereka sangat kaya akan berbagai pendekatan dalam memecahkan masalah komunikasi yang rumit dan kompleks, sehingga sangat tepat sekali bagi mereka untuk me-reset mindset khalayak lewat komunikasi efektif dalam upaya merubah perilaku khalayaknya (waht to say & how to say)………sekarang pertanyaan saya, secara kurikulum dan bobot keilmuan, apakah jurusan DKV layak menjadi bagian dari bidang periklanan?? kalo ya, mungkin bagi personal yang memiliki wawasan luas yang dapat bersaing di bidang tersebut. Tetapi kalau tidak layak berarti memang bidang DKV tidak jelas secara tujuan keilmuan. Saya melihat dari sudut keilmuan, karena bila yang menjadi parameter adalah kurikulum yang dihadirkan di DKV, maka hal tersebut bisa membuktikan bahwa jurusan DKV tidak bisa disamakan dengan jurusan komunikasi. Lihatlah apakah di DKV diajarkan pendekatan-pendekatan komunikasi untuk semua bentuk? adakah metode yang diajarkan untuk menciptakan sebuah konsep pesan yang akan merubah perilaku khalayak??….dari situ saya akhirnya menyadari bahwa bidang DKV lebih layak sebagai bidang ilmu yang berpondasikan proses kreatifitas yang mendelivery pesan-pesan secara imaginatif dalam bentuk visual, yang lebih teridentifikasi sebagai graphic design (desain grafis)…saya setuju dengan istilah graphic design untuk bidang ini.
Saya melihat banyak sekali kebutuhan di bidang marketing yang relevan dengan pengembangan keilmuan grafis, mulai dari permasalahan identitas baik personal, corporate, sampai dengan commersial product, bahkan Brand sekalipun. Proses kreatif kita dapat lebih memecahkan berbagai kendala identitas visual daripada memecahkan pesan verbal. Persoalan bentuk, warna, tipografi, scale dan space lebih cocok dengan bidang tersebut. Contoh nyata adalah dengan melihat pertumbuhan hypermarket di negara kita, dimana beribu-ribu identitas produk masuk kesana, dan harus dapat tampil lebih menonjol dari identitas lainnya. Banyak program Branding produk dijalankan, dan sudah selayaknya bidang grafis mengambil peranan penting disana. Dengan pendekatan kreativitas dalam memunculkan pesan visual yang imaginatif, dengan sedikit sentuhan “Gestalt” presepsi mata, kita dapat membuat sebuah identitas produk akan tampak menonjol di Hypermarket-hypermarket…..inilah kenyataannya……
jadi kenapa kita masih berdebat DKV vs Periklanan????
ini hanya sebuah wacana kecil dalam berbagi sudut pandang terutama mengenai bidang ilmu DKV yang tumbuh bak jamur di berbagai universitas di negara kita ini. Mari kita berbagi lagi lebih banyak…
penulis adalah alumni DKV dan telah menyelesaikan pendidikan master design.
bandung, 14 agustus 2008

No comments:

Post a Comment