Riani Dwi Lestari
Selasa, 15 November 2011 14:49 wib
Image: corbis.com
JAKARTA - Bicara mengenai pendidikan tinggi
tidak terlepas dari bagaimana sistem pendidikan yang dianut satu negara.
Indonesia dan Amerika contohnya, secara struktural memang tidak ada
perbedaan signifikan, tetapi ada perbedaan mendasar yang berpengaruh
cukup besar bagi mahasiswanya.
Wakil Green River Community College America untuk Indonesia Leo Harten menjelaskan, perbedaan tersebut dan bagaimana hal itu bisa berpengaruh bagi mahasiswa.
"Secara struktural tidak terlalu terihat perbedaannya, untuk S-1 sama-sama empat tahun, gelar master sekira dua tahun. Yang menjadi perbedaan yakni gaya mengajar," kata Leo kepada okezone di kantor Aminef, Jakarta, Selasa (15/11/2011).
Perbedaan tersebut, menurut lulusan University of Wahington itu, sangat signifikan. Di Amerika, dosen boleh dikatakan jarang memberikan kuliah. Kuliah lebih sering dilakukan dengan kerja kelompok, analisis, studi kasus, terjun ke lapangan. Sistem pendidikan tinggi di sana lebih ke arah praktik dan menghadirkan pembicara kredibel ke kelas.
"Praktik dan terjun langsung ke lapangan akan melatih mahasiswa untuk secara langsung mencari dan menerapkan pengetahuan yang dia dapat. Tidak seperti di Indonesia yang lebih banyak memberi lecture, sehingga pengetahuan yang didapat terkesan tidak applicable," jelas Leo.
Ketika lebih banyak praktik, lanjutnya, mahasiswa akan lebih fokus. Selain itu, kemampuan analitis dan bagaimana dia mempertahankan pendapat juga akan membuat mahasiswa lebih cepat belajar. Dengan begitu, kuliah bukan lagi hal yang membosankan.(rfa)
Wakil Green River Community College America untuk Indonesia Leo Harten menjelaskan, perbedaan tersebut dan bagaimana hal itu bisa berpengaruh bagi mahasiswa.
"Secara struktural tidak terlalu terihat perbedaannya, untuk S-1 sama-sama empat tahun, gelar master sekira dua tahun. Yang menjadi perbedaan yakni gaya mengajar," kata Leo kepada okezone di kantor Aminef, Jakarta, Selasa (15/11/2011).
Perbedaan tersebut, menurut lulusan University of Wahington itu, sangat signifikan. Di Amerika, dosen boleh dikatakan jarang memberikan kuliah. Kuliah lebih sering dilakukan dengan kerja kelompok, analisis, studi kasus, terjun ke lapangan. Sistem pendidikan tinggi di sana lebih ke arah praktik dan menghadirkan pembicara kredibel ke kelas.
"Praktik dan terjun langsung ke lapangan akan melatih mahasiswa untuk secara langsung mencari dan menerapkan pengetahuan yang dia dapat. Tidak seperti di Indonesia yang lebih banyak memberi lecture, sehingga pengetahuan yang didapat terkesan tidak applicable," jelas Leo.
Ketika lebih banyak praktik, lanjutnya, mahasiswa akan lebih fokus. Selain itu, kemampuan analitis dan bagaimana dia mempertahankan pendapat juga akan membuat mahasiswa lebih cepat belajar. Dengan begitu, kuliah bukan lagi hal yang membosankan.(rfa)
No comments:
Post a Comment