Thursday, June 16, 2011

The I-Brand: Sebuah Dimensi Personal Branding

Amalia E. Maulana
Dimuat di Majalah Eksekutif, 2007.

Dalam ilmu pemasaran, pembicaraan tentang branding tampaknya tidak habis-habis dibicarakan orang. Sebagai buzzword, branding termasuk cukup bertahan, masih didengung-dengungkan, digunakan dalam berbagai konteks. Topik saya kali ini juga masih seputar branding, khususnya membahas bagaimana membangun sebuah I-Brand yang kuat. Istilah I-Brand memang belum begitu populer. Pertama dikenalkan oleh Gary C. Sain pada tahun 2005. Terminologi yang saya sendiri sempat agak rancu dengan i-brand, yang berarti internet-brand. I-Branding tidak ada hubungannya dengan internet branding, walaupun pada implementasinya, Internet bisa saja menjadi salah satu alat untuk membangun I-Brand.
I-Brand hampir mirip dengan personal brand, dimana tokoh utama yang di-branding adalah diri seseorang. Perbedaannya, jika branding untuk personal pada umumnya dilakukan dalam rangka menjadikannya seorang public figure atau ahli/tokoh tertentu; dimensi I-Brand lebih terbebas dari tujuan tersebut. Branding ”I” atau ”Aku” mengajak seseorang memikirkan goal yang hendak diraih, apapun bentuknya. I-Branding lebih berorientasi pada diri sendiri, mewujudkan mimpi-mimpi pribadi yang berkaitan dengan pekerjaan. Tidak harus menjadi seorang CEO atau public figure untuk mempunyai sebuah I-Brand yang solid. Strategi I-Brand adalah strategi pembinaan diri untuk menjadi seseorang yang punya nilai tinggi di mata stakeholdersnya.
Saya teringat salah satu segmen wawancara kerja di masa lampau, dimana seorang CEO yang kebetulan ikut dalam proses rekrutmen menanyakan ’Ingin berada dimana Anda lima tahun mendatang?” Secara spontan saya katakan saya ingin duduk di kursi yang beliau duduki. Setengah berkelakar, beliau bangkit dari kursinya, dan menawarkan kursi tinggi yang penuh wibawa itu. ”Silakan, Anda bisa duduk di sini sekarang kalau mau”. Secara fisik bisa saja saya duduk disitu kapan saja saya mau, tetapi nyatanya, setelah lima tahun berlalu, bahkan sampai hari inipun, saya belum juga menduduki posisi beliau.
Seringkali kita bekerja tanpa tahu persis kemana muaranya, menuju kemana kita bergerak. Kehidupan mengalir begitu saja, menikmati apa yang ada di hadapan mata. Pernahkah terpikir untuk berhenti sejenak, dan merenung: dalam tiga tahun, posisi apa yang ingin kita raih, ilmu apa harus sudah dikuasai, dll. Untuk meraih tempat atau posisi yang kita inginkan, selain kerja keras, kita juga perlu merencanakan dan mengatur strategi, mengemas diri dan melakukan branding dengan baik. Ini yang disebut dengan I-Branding.
Tips untuk I-Branding menurut Gary ada lima, yaitu : unik, relevan, kredibel, esteem,dan knowledge. Secara garis besar, kelima komponen tersebut tergambar dalam pertanyaan yang harus kita jawab antara lain: Apakah kita mempunyai keunikan atau differensiasi yang bernilai di mata target audience? Ada berapa orang lagi selain kita yang bisa memberikan kontribusi yang sama nilainya? Dalam melaksanakan tugas, apakah kita selalu siap untuk memberikan yang terbaik? Apakah kita adalah pribadi yang dapat diandalkan dan dipercaya? Seberapa tinggi pengetahuan yang kita miliki tentang apa yang sedang kita geluti, mengertikah terhadap apa yang terjadi di tingkat konsumen, di tingkat perusahaan dan industrinya?
Jika kita amati, tips di atas tidak berbeda jauh dengan kunci sukses pembangunan sebuah brand produk atau perusahaan. Step-step yang harus dikerjakan dalam membangun dan membina I-Brand setara dengan brand lainnya.
- Pertama, tentukan siapa saja target audience I-Brand dalam kelompok stakeholders. Buat ranking, dari target audience utama hingga yang sampingan.
- Kedua, memahami apa saja kebutuhan dan aspirasi mereka.
- Selanjutnya, posisikan I-Brand di tempat yang punya nilai unik dan differensiasi tertentu.
- Kemudian, langkah implementasi. Dalam keseharian, yang penting adalah konsisten memberikan kontribusi terhadap target audience sesuai dengan nilai yang telah dijanjikan.
- Ciptakan brand experience yang menyenangkan
- Evaluasi dan review keberadaan I-Brand setiap periode. Sesuaikan langkah dan arah apabila terjadi perubahan eksternal yang di luar kendali kita.
- Jangan melupakan bahwa perusahaan dimana kita bekerja merupakan co-branding bagi I-Brand. Sulit untuk membina I-Brand bila citra co-brand tidak sesuai dengan citra yang hendak kita tanamkan.
Perbedaan utama antara personal brand dengan I-Brand mungkin bisa dilihat dari tingkat intensitas dan cara berkomunikasi dengan target audience. Personal branding hampir tidak mungkin dapat dilakukan tanpa bantuan media masa. Tidak demikian halnya dengan I-Brand. Mengkomunikasikan siapa diri kita dan memproyeksikan kemampuan, keunikan dan differensiasi personal tidak harus melalui media formal. Disini yang lebih berperan adalah media informal, dimana kontak langsung dengan target audience mendominasi terciptanya citra I-Brand.
Dalam keseharian kita di kantor, penilaian berjalan terus melalui berlalunya waktu, menggambarkan I-Brand seperti apa yang ingin diraih. Bagaimana pemilihan bahasa verbal dan non-verbal (bahasa tubuh) yang digunakan sehari-hari, bagaimana menciptakan rasa nyaman untuk setiap interaksi dengan pihak lain. Bahkan, mau atau tidak mau, pemilihan ’kemasan’ dalam hal ini busana yang dikenakan, juga bisa ikut mendorong terciptanya I-Brand. Kegagalan dalam berkomunikasi dalam lingkungan terdekat bisa membawa dampak yang luas dalam proyeksi nilai-nilai I-Brand yang sudah dirancang sebelumnya.
Saran terakhir, dan ini menyangkut tanggung jawab sosial. Seperti yang diutarakan dalam buku Pengalaman Starbucks oleh Joseph A. Michelli, salah satu dari lima prinsip sukses Starbucks adalah ”leave your mark”. Jika dalam konteks Starbucks, itu berarti ’corporate social responsibility’, maka jika diterapkan dalam I-Branding, ini berarti ’personal social responsibility’. Sudah berapa banyakkah kontribusi kita terhadap pembinaan rekan atau bawahan di lingkungan tempat bekerja? Di lingkungan dimana kita tinggal? Di masyarakat luas? Ini penting dilakukan untuk menjaga keseimbangan. Seperti halnya prinsip corporate social responsibility, apa yang dikembalikan ke masyarakat pada akhirnya akan memberikan arti bagi pengembangan I-Brand yang solid.
Selamat membangun dan mengembangkan I-Brand.
DIPOSTING OLEH Amalia E. Maulana PADA January 25, 2010

No comments:

Post a Comment