Tuesday, November 8, 2011

HA-DYAH KORBAN DARI SUDUT PANDANG AJARAN LELUHUR BANGSA INDONESIA


oleh Lucky Hendrawan pada 06 November 2011 jam 10:53


Sampurasun,

Jaman duluuuu... para leluhur negeri kita juga melakukan 'koban' hewan setahun sekali dalam upacara besar, hal tersebut dilakukan (tujuannya) untuk menyeimbangkan gerak energi alam agar kembali selaras dgn kehidupan manusia... jadi bukan untuk Yang Maha Kuasa... sebab DIA tidak memerlukan apapun dari manusia.

Hewan korban itu disebut "Ha-Dyah"
- Ha = Utama
- Dyah = Persembahan
* Hadyah = Persembahan Utama

Hewan korban (hadyah) harus disajikan beserta perangkat sesaji lainnya seperti (kembang setaman, padi, kelapa, wewangian, dll)... hal ini sebetulnya merupakan sistem kerja KIMIA & FISIKA jaman purwa,... ya maklum "laboratorium" mereka adalah alam ini... dan mereka tidak mengenal zat kimia imitasi... ;P ...ahli fisika & kimia jaman dahulu disebut DUKUN, ia adalah orang yg sangat mengenali berbagai gejala alam serta dampaknya bagi kehidupan manusia... jadi istilah dukun itu tidak seperti yg kita kenal saat ini... gelar dukun itu setara dgn "profesor".Proses 'memberi' Ha-Dyah kepada alam ini telah berlangsung selama ribuan tahun lalu dan diwariskan secara turun-temurun, artinya pola tersebut sudah TERUJI dgn baik sebab jika terjadi 'error' atau berdampak buruk tentu sudah dihapuskan dgn sendirinya... karena... TIDAK ADA ORANG TUA YG INGIN ANAK & KETURUNANNYA SUSAH / CELAKA.

Sesajian & Ha-Dyah korban menghasilkan reaksi kimia & fisika, saat ini kita mengenalnya dgn istilah TEKNOLOGI NANO yg dapat memicu reaksi alam (*alam sebagai reaktor kehidupan)... penelitian mutakhir, 1 nano dari hasil sesajen yg ditata dgn baik / benar akan menghasilkan keselarasan enerji seluas 14 m/segi... itu hasil penelitian seorang profesor dari Jepang.

Maka.... Ha-Dyah korban sebenarnya tidak perlu sebanyak hari ini... :) tidak perlu setiap orang mengorbankan sapi / domba... cukup setiap daerah (kampung / dusun) 1 atau 2 ekor saja... sebab Yang Maha Kuasa sama sekali tidak memerlukan hasil ciptaan-Nya (*nanti jadi pabalik letah hehehe...) alam & manusialah yg membutuhkan itu semua, alam selaras dgn manusia & manusia wajib menyelaraskan diri dgn alam.

Ha-Dyah Korban pada umumnya dilakukan berkaitan dgn peristiwa alam... bisa karena ada bencana alam... untuk kesuburan, dll.... maka boleh jadi korban hewan itu tidak dapat digantikan, sebab yg dibutuhkan adalah "energi yg terkandung pada darah hewan tersebut... yg jadi persoalan saat ini... selain hewan yg dibunuhnya OVER DOSIS juga TATA-LAKSANA-nya sudah tidak selaras dgn kaidah keberadaban sosok manusia sebagai mahluk utama (*berbudhi, sopan & santun, beradab, dll).......... bayangkan saja, domba / sapi yg akan dipotong secara paksa tentu mengalami tingkat stress yg sangat tinggi maka darah yg ditumpahkan ke tanahpun mengalami proses kimia / fisika yg kurang bagus... ingat "teori chaos"...? ya begitulah kira-kira.... :)

(*biasanya, hewan korban harus DIMINTA kerelaannya terlebih dahulu, beberapa hari sebelumnya hewan akan dirawat dgn baik, bahkan diperlakukan secara istimewa).... jadi manusia tidak boleh MEMBAWA KAREP-nya sendiri walaupun kepada binatang.

Jadi peristiwa pemotongan hewan korban itu bukan sekedar dipeuncit / disembelih lalu dimutilasi... lalu dagingnya dibagikan ke masyarakat... dan malamnya manusia tertawa gembira di bawah langit yg bau beuleum daging domba & sapi... sebab hal itu justru menunjukan perilaku bangsa yg BIADAB.

jelas perlakuan / proses penyajian hewan korban harus sesuai dng TATA-CARA yg SOPAN-SANTUN & BERBUDHI PEKERTI TINGGI... maka peristiwa HA-DYAH KORBAN seharusnya menunjukan tentang KEHARMONISAN... dan sekaligus sebagai daya pembeda kualitas manusia sebagai mahluk utama dgn mahluk lainnya & itu ditunjukkan dari :

1. Hubungan manusia dng ALAM
2. Hubungan manusia dng HEWAN
3. Hubungan manusia dng mahluk BUMI lainnya
4. Hubungan manusia dng YANG MAHA KUASA

Maka, dalam pandangan leluhur bangsa Indonesia, upacara Sesaji Ha-Dyah Korban itu sama sekali tidak ada kaitannya dgn KEBUTUHAN YANG MAHA KUASA... sebab 'DIA' TIDAK BUTUH APAPUN DARI MANUSIA.

di balik itu semua... terserah anda, mau disebut BERADAB atau BIADAB... "selamat merayakan upacara Qurban" semoga Bumi Indonesia segera terbebas dari bencana alam & kemanusiaan...  

..."tidak boleh ada senyum di atas penderitaan jutaan hewan korban"... :)

Hampura anu diteda... Mugia rahayu salawasna... anugrah sapapanjangna... Hung Ahuuung 40X Ahung.

Rahayu_/l\_

No comments:

Post a Comment