Sumber: dra/detik.com
Tahun 2017 ditambah 1 Juni jadi ada 20 hari libur nasional dan cuti
bersama. Rinciannya 16 hari libur nasional, 3 hari cuti bersama Idul
Fitri dan 1 hari cuti bersama Natal.
Berikut rincian libur bersama tahun 2017 :
- 1 Januari tahun Baru Masehi
- 28 Januari tahun Baru Imlek 2568 Kongzili
- 28 Maret hari raya Nyepi Tahun Baru Saka 1939
- 14 April Wafat Isa Al Masih
- 24 April Isra Miraj Nabi Muhammad SAW
- 1 Mei Hari Buruh Internasional
- 11 Mei Hari Raya Waisak 2561
- 25 Mei Kenaikan Isa Al Masih
- 1 Juni Hari Lahir Pancasila
- 25- 26 Juni Hari Raya Idul Fitri 1438 Hijriah
- 17 Agustus Hari Kemerdekaan Indonesia
- 1 September Hari Raya Idul Adha 1438 Hijriah
- 21 September Tahun Baru Islam 1439 Hijriah
- 1 Desember Maulid Nabi Muhammad SAW
- 25 Desember Hari Raya Natal
Untuk cuti bersama tahun 2017 berikut rinciannya :
- 23, 27-28 Juni Hari Raya Idul Fitri 1438 Hijriah
- 26 Desember Hari Raya Natal
Wednesday, June 1, 2016
Wednesday, May 4, 2016
movie problem
The Problem With Movies and How to Solve Them
Modern movies are a glorious thing, but they are also rife with problems. Modern movies are falling into a set of weird choices, and odd habits that can make watching movies into a sort of nightmare. Since there are so many problems with movies I decided to tackle two of them here, and we will revisit this issue in another article.
The first problem I have is poor audio mixing. What do I mean by this? Let's say you open up your mailbox and you have a couple movies from Netflix sitting there (I almost made this example driving to Blockbuster, but then I remembered it was 2016). You pop in the Blu-Ray/ DVD into your player of choice and you sit back and you have to turn the volume down because there a lot of explosions and such. Then people start talking and you have to find the remote because they might as well be whispering! Then another explosion and now you're deaf because the damn thing was so ear piercingly loud. This can be annoying. Hell it's one of easiest ways to take me out of a movie, to be honest. So why does this happen? Well when the audio for movies is mixed, they mix it for a 5.1 or 7.1 surround sound setup because that is the optimal way to watch a movie. You see, in 5.1 surround sound each speaker has its own job. The center speaker handles dialogue, the 2 side speakers are for explosions and "bwaam" noises in Christopher Nolan movies, the subwoofer is for "dat bass", and lastly the 2 (or 4 if you have 7.1) satellite speakers are for the surround effects. That's really cool and all, but I am not in a position to buy a 5.1 surround sound setup. I am a very poor college student who can only afford to eat ramen noodles 4 times a week (The other times I eat the cardboard the ramen came in. I have a sad life). I set up my dad's stereo from like the 80's to be my "hi-fi" audio setup which replaces my TV's stereo sound with a slightly less awful stereo sound. So when the DVD/Blu-Ray player outputs a 5.1 signal, my poor stereo speakers can only replicate the 2 front side speakers. This is why explosions are so loud. The dialogue is going to a non-existent center speaker, which is why it comes out so quiet.
So what's the solution? Add two dialogue tracks. One mixed in good super old fashioned stereo and the other mixed in the fancy pants 5.1/7.1 goodness. This way I can set the volume to a comfortable volume, and leave it there. This may sound like a super easy solution, but I would hazard a guess that mixing audio is a very difficult task, and not one easily undertaken. However I think that it's well worth it and shows that movie studios are willing to go the extra mile for those who still want to watch their favorite movies, but maybe aren't the most well off.
Well, we have done an audio problem, So let's finish this article with a visual problem. This is probably the two biggest problems I have modern movies today. Shaky Cam and jump cuts. For those unfamiliar with shaky cam as a concept, I am sorry that I have to be the one who has to tell you about it. Basically it's the worst form of visual storytelling imaginable. That's not the most telling description, is it? OK, so shaky cam is exactly what it sounds like. It's basically the director telling the cameraman to shake the camera as hard as they can. This is in order to make the action look frantic. Sounds stupid right, but it's a real thing. The problem with shaky cam is that it is made worse by terrible, quick, jumpy editing. This is also just what it sounds like. It is the use of a million and a half different cuts in order to convey frantic action. However in reality, it often make it so that the scene is impossible to understand. These are just the tools of the incredibly lazy. The use of these two tools in conjunction makes a movie's action scenes a chore to watch, and impossible to understand. You have to actively try to piece together when the actors are being hit, because the shot never actually shows it. You hear a flurry of sound effects, and you see a blurry mess of hands and faces, but it's just audio and visual garbage that the director is trying to pass off as incredible action.
The solution to this problem is actually pretty simple. Hire better directors. Directors that are good at their jobs will make the action look good without the use of cheap tricks and quick editing. There are fantastic directors when it comes to filming action. Take the Wachowski siblings. Sure, they have made a couple stinkers in the last couple years, but the first Matrix movie is incredibly well directed. There are uses of wide shots, so we so exactly what is going on, there's just the right amount of slow motion so we really feel it when characters get hit. The score is used perfectly, so when the hero gets hit hard, the music slows down and gets quieter. The Subway scene in the matrix encapsulates all of that.
Contrast this from Alex Cross. The camera is literally just shaking. You don't see the hits connect. You see the main character hit the villain and then after a cut you see the villain react. This is probably to cover up the fact that the actors were not properly choreographed.
If you can get a director who knows how to film an action scenes, as well as who knows what he wants the actors to do, and how to choreograph them to do that, then you don't need terrible shaky cam to cover up anything. You don't need jump edits because you'll want the audience to see your work.
There you have it. These are the 2 biggest problems I see with movies as of right now.
Friday, October 31, 2014
JOMLO LIFESTYLE
Oleh: YUSWOHADY (Detik Bloger)
Jomblo Lifestyle
Jomblo di masa lalu adalah sebuah aib memalukan. Namun sekarang, ia menjadi sebuah simbol sosial yang keren, cool, awasome. Saya nggak tahu kenapa bisa demikian. Mungkin ini yang disebut jaman edan. Semua serba kebolak-balik.Ketika sebuah bangsa makin maju. Ketika masyarakatnya makin makmur. Dan ketika pola kehidupannya kian industrial-urban, maka kecenderungan mereka untuk tidak menikah menjadi kian besar. Di negara tetangga Singapura misalnya, satu dari lima warganegaranya ogah menikah dengan alasan macam-macam: mengejar karir, menghindari beban ekonomi yang berat, nggak mau repot, hingga alasan lifestyle. Seperti Singapura, di negeri ini jumlah jombloers pun kian merangkak naik.
Lifestyle
Bakal maraknya jombloers di Indonesia tak lepas dari revolusi kelas menengah yang memicu mobilitas sosial massif selama sekitar lima tahun terakhir. Saya sering mengatakan masyarakat kelas menengah memiliki tiga ciri. Mereka memiliki daya beli yang makin tinggi, knowledgeable, dan socially-connected. Mobilitas sosial ini menciptakan pergeserangaya hidup rural-agraris-tradisionalis menjadi urban-industrialist-modern.
Data BPS tahun 2010 mengatakan, usia kawin pertama (UKP) masyarakat kita adalah 22,3 tahun untuk wanita dan 25,7 untuk laki-laki. Coba bandingkan dengan UKP orang tua kita dahulu yang rata-rata sudah menikah di bawah usia 20 tahun. Tak bisa dipungkiri, merangkak naiknya UKP ini adalah buah dari pendidikan dan naik knowledgeability mereka.
Yang saya amati, naiknya sikap menunda perkawinan dan menjomblo kini tak hanya dipengaruhi faktor rasional (faktor ekonomi, umur, karir, kesiapan mental) berkat naiknya knowledgeability mereka. Sikap menjomblo ini kini juga mulai dipengaruhi oleh faktor koneksi sosial (social connection), dimana siapa kita di mata kolega, teman, komunitas, dan lingkungan kita menjadi demikian penting.
Masyarakat kelas menengah kita makin socially-connected yang didorong oleh pertumbuhan media sosial dimana eksis, narsis, ekspresi diri, dan pencitraan menjadi sesuatu yang penting dan bermakna. Ketika mereka semakin socially-connected, maka fenomena menjomblo memasuki babakan baru dimana alasan menjomblo tak lagi sebatas rasional-fungsional, tapi mulai memasuki ranah emosional-sosial. Menjomblo adalah sebuah pernyataan dan penanda identitas diri. Bahkan sikap menjomblo menjadi alat ekspresi diri dan pencitraan. Hasilnya, kini menjomblo bermetamorfse menjadi sebuah gaya hidup (lifestyle) yang keren, cool, dan awasome.
Hot Topic
Kalau dulu obrolan mengenai jomblo merupakan aib bagi empunya, maka kini sebaliknya, menjadi topik pembicaraan yang begitu atraktif. Di media sosial kini banyak kita temuai ekspresi kreatif dalam bentuk meme terkait jomblo. Meskipun ceritanya satire, isu jomblo menjadi cerita unik yang hangat diperbincangkan di ranah maya. Bahkan, ada beberapa blog yang secara serius menggarap isu jomblo.
Saking hot-nya, terkadang status jomblo menjadi sasaran empuk di lini masa sebagai objek sindiran dan satire yang justru mengasyikan. Hal atau momen apapun kerap dikait-kaitkan dengan jomblo. Contohnya saat 17 Agustus lalu, para netizen sibuk buat meme di media sosial mengenai lomba 17 Agustusan yang paling cocok untuk jomblo. Saking menariknya, meme ini sempat jadi trending topic di media sosial. Inilah fenomena isu tentang jomblo sangat menarik banyak orang.
Dalam beberapa tahun terakhir, kata galau dan galauers yang bisa menggambarkan pergumulan batin seorang jomblo menjadi sebuah magic word yang diminati untuk diperbincangkan. Beberapa situs secara cukup serius mengangkat isu seputar jomblo dan membangun komunitas jombloers. Situs ini mencoba membangun identitas, kepercayaan diri, dan kebanggaan di kalangan anggotanya. Jomblo.com misalnya, menebarkan ungkapan motivatif di front page-nya dengan kata-kata seperti: Jadikan hidupmu lebih positif, terhubung selalu dengan temanmu, dan buat hidupmu lebih berwarna.
Biro Jodoh Laris Manis
Dari sisi industri, saya melihat industri yang menyasar segmen jomblo secara khusus sedang booming di Tanah Air. Contohnya adalah bisnis biro jodoh atau mak comblang (matchmaker) dan konsultasi kepribadian untuk soal cinta. Fenomena banyaknya biro jodoh ini baru terjadi sekitar lima tahun terakhir. Ketika ekonomi sudah mapan, daya beli meningkat, tapi kesempatan dan keahlian menggaet calon pasangan hidup tak memadai, maka kelas menengah pun butuh biro jodoh. Coba kita tengok bagaimana banyaknya kantor biro jodoh profesional di Jakarta dan situs biro jodoh online.
Bisnis biro jodoh ini tumbuh luar biasa, seiring besarnya pula populasi jomblo di negeri ini. Kini mulai banyak orang yang memiliki lisensi matchmaker dari Amerika Serikat atau Eropa. Hitman System misalnya, adalah sebuah perusahaan relationship coach untuk percintaan. Hampir setiap bulan, Hitman System kerap membuat event seminar atau workshop untuk para jomblo. Saking hot-nya industri perjombloan, artis Christian Sugiono yang dikenal memiliki situs www.malesbanget.com pun kini membuka layanan biro jodoh online www.setipe.com.
Saking hot-nya bisnis perjombloan ini, beberapa biro jodoh membuka layanan biro jodoh untuk segmen muslim. Mereka mempertemukan pasangan sesama muslim. Contohnya adalah biro jodoh online www.syifa.com dan www.jodohislam.net. Selama ini, masyarakat muslim yang taat terhadap ajaran agamanya akan cenderung memilih pasangan hidupnya yang sama. Ini adalah niche market, sehingga model platform mencari pasangannya pun berbeda.
Seiring maraknya populasi jombloers di Indonesia, pasar jomblo akan kian moncer. Yuk marketer!!! Action now, or never bergerak sekarang juga, atau Anda nggak akan dapat apa-apa. (ditulis bersama Iryan Herdiansyah, Business Analyst, Inventure).
Tuesday, July 1, 2014
7 X Strategies and Tips to Make Your Small Business Marketing Profitable and Successful!
As Entrepreneurs we are faced with the awesome (yet equally
scary) tasks of plotting our own futures, making our own decisions and
being 100% Responsible and Accountable for our own results.
Small Business Marketing is certainly an area that not only challenged myself when I started out, but also can be stressful for many awesome Small Business Owners out there. The bad news is that at the start it can be very hard to get a handle on, BUT the good news is that with objective assessment, continual work and review; one can improve it over time and succeed.
I get asked almost all the time by clients in very simple terms, "Edward - How do I make my Marketing Successful and Profitable?"
This is quite a broad question and the answer can certainly differ from client to client and circumstance to circumstance; however I would like to at least share with you the Top 7 X Strategies and Tips that I often recommend (and have been amazing for myself):
1) Top Product / Service Quality: Always start with what you are selling. The better your product / service, the easier it is to sell and get awesome word of mouth.
2) The Right Image: Make sure the image you deliver from your marketing is awesome and premium. From what you say, to how you dress, to your business cards, to your website, to sales material and more - the more professional you look, the stronger you are. Getting a professional designer helps!
3) Fair Pricing: You can charge Penetration (Below Market), Competitive (At Market) and Premium (Above Marketing) and either strategy has it's time and place. Make sure whatever you are charging YOU consider fair and you would pay it. Chances are so would the market!
4) Balance Real World and Online World: Business owners often lean too far one way. That is, they hide behind Facebook and don't leave their house or they are running around wearing out their Shoe-Leathers without even a Facebook Page. Get these both right so they work for you!
5) Challenge yourself with the Sales & Marketing Work Required: If you are starting out, it will take MASSIVE amounts of work to succeed. Regardless of any 'Magical' strategies and stories you hear. I have seen too many not succeed because they just don't work hard enough!
6) Get other people to help you: Be it building your own personal referral network or say hiring someone to build you an awesome website - the reality is that you can only push yourself so far. You want to leverage other people as much as possible while you achieve your goals (and help them achieve theirs while you are at it!).
7) Test & Measure: Always keep an eye on what you are doing and make sure it's working for you. If you say release some new business cards and people say they are wonderful - chances are it's good decision for your business. If you get up and do an elevator pitch at a networking event and you can hear the crickets - then time to tweak it!
I trust these short tips help you in your own Small Business Marketing. It's an ongoing process of tweaking, changing and experiment - the good news? The more we do it, the smart and more powerful we become.
Enjoy and contact me anytime if you need a hand awesome friends!
Small Business Marketing is certainly an area that not only challenged myself when I started out, but also can be stressful for many awesome Small Business Owners out there. The bad news is that at the start it can be very hard to get a handle on, BUT the good news is that with objective assessment, continual work and review; one can improve it over time and succeed.
I get asked almost all the time by clients in very simple terms, "Edward - How do I make my Marketing Successful and Profitable?"
This is quite a broad question and the answer can certainly differ from client to client and circumstance to circumstance; however I would like to at least share with you the Top 7 X Strategies and Tips that I often recommend (and have been amazing for myself):
1) Top Product / Service Quality: Always start with what you are selling. The better your product / service, the easier it is to sell and get awesome word of mouth.
2) The Right Image: Make sure the image you deliver from your marketing is awesome and premium. From what you say, to how you dress, to your business cards, to your website, to sales material and more - the more professional you look, the stronger you are. Getting a professional designer helps!
3) Fair Pricing: You can charge Penetration (Below Market), Competitive (At Market) and Premium (Above Marketing) and either strategy has it's time and place. Make sure whatever you are charging YOU consider fair and you would pay it. Chances are so would the market!
4) Balance Real World and Online World: Business owners often lean too far one way. That is, they hide behind Facebook and don't leave their house or they are running around wearing out their Shoe-Leathers without even a Facebook Page. Get these both right so they work for you!
5) Challenge yourself with the Sales & Marketing Work Required: If you are starting out, it will take MASSIVE amounts of work to succeed. Regardless of any 'Magical' strategies and stories you hear. I have seen too many not succeed because they just don't work hard enough!
6) Get other people to help you: Be it building your own personal referral network or say hiring someone to build you an awesome website - the reality is that you can only push yourself so far. You want to leverage other people as much as possible while you achieve your goals (and help them achieve theirs while you are at it!).
7) Test & Measure: Always keep an eye on what you are doing and make sure it's working for you. If you say release some new business cards and people say they are wonderful - chances are it's good decision for your business. If you get up and do an elevator pitch at a networking event and you can hear the crickets - then time to tweak it!
I trust these short tips help you in your own Small Business Marketing. It's an ongoing process of tweaking, changing and experiment - the good news? The more we do it, the smart and more powerful we become.
Enjoy and contact me anytime if you need a hand awesome friends!
To learn more about Small Business Marketing and gain Instant
Access to Edward Zia's Online Sales & Marketing Course the "Awesome
Marketing Vault". Visit http://www.excellenceabove.com.au
Feel
free to sign up to our Newsletter as well to get some great tools on
the house. Contact me anytime if I can help answer your questions and
thank you!
Edward Zia - Marketing Mentor and Developer of "The Awesome Marketing Vault". Visit my own blog right here at: http://www.excellenceabove.com.au/theedwardfiles
Monday, April 14, 2014
POPULASI DAN SAMPEL
Oleh
: Hendry
A.
Definisi
Populasi
adalah wilayah generalisasi berupa subjek atau objek yang diteliti untuk
dipelajari dan diambil kesimpulan. Sedangkan sampel adalah sebagian dari
populasi yang diteliti.
Dengan
kata lain, sampel merupakan sebagian atau bertindak sebagai perwakilan dari
populasi sehingga hasil penelitian yang berhasil diperoleh dari sampel dapat
digeneralisasikan pada populasi.
Penarikan
sampel diperlukan jika populasi yang diambil sangat besar, dan peneliti
memiliki keterbatasan untuk menjangkau seluruh populasi maka peneliti perlu
mendefinisikan populasi target dan populasi terjangkau baru kemudian menentukan
jumlah sampel dan teknik sampling yang digunakan.
B.
Ukuran Sampel
Untuk
menentukan sampel dari populasi digunakan perhitungan maupun acuan tabel yang
dikembangkan para ahli. Secara umum, untuk penelitian korelasional jumlah
sampel minimal untuk memperoleh hasil yang baik adalah 30, sedangkan dalam
penelitian eksperimen jumlah sampel minimum 15 dari masing-masing kelompok dan
untuk penelitian survey jumlah sampel minimum adalah 100.
Roscoe
(1975) yang dikutip Uma Sekaran (2006) memberikan acuan umum untuk menentukan
ukuran sampel :
1. Ukuran sampel lebih dari 30 dan kurang dari 500 adalah
tepat untuk kebanyakan penelitian
2. Jika sampel dipecah ke dalam subsampel (pria/wanita,
junior/senior, dan sebagainya), ukuran sampel minimum 30 untuk tiap kategori
adalah tepat
3. Dalam penelitian mutivariate (termasuk analisis regresi
berganda), ukuran sampel sebaiknya 10x lebih besar dari jumlah variabel dalam
penelitian
4. Untuk penelitian eksperimental sederhana dengan kontrol
eskperimen yang ketat, penelitian yang sukses adalah mungkin dengan ukuran
sampel kecil antara 10 sampai dengan 20
Besaran
atau ukuran sampel ini sampel sangat tergantung dari besaran tingkat ketelitian
atau kesalahan yang diinginkan peneliti. Namun, dalam hal tingkat kesalahan,
pada penelitian sosial maksimal tingkat kesalahannya adalah 5% (0,05). Makin
besar tingkat kesalahan maka makin kecil jumlah sampel. Namun yang perlu
diperhatikan adalah semakin besar jumlah sampel (semakin mendekati populasi)
maka semakin kecil peluang kesalahan generalisasi dan sebaliknya, semakin kecil
jumlah sampel (menjauhi jumlah populasi) maka semakin besar peluang kesalahan
generalisasi.
Beberapa
rumus untuk menentukan jumlah sampel antara lain :
1.
Rumus Slovin (dalam Riduwan, 2005:65)
n
= N/N(d)2 + 1
n
= sampel; N = populasi; d = nilai presisi 95% atau sig. = 0,05.
Misalnya,
jumlah populasi adalah 125, dan tingkat kesalahan yang dikehendaki adalah 5%,
maka jumlah sampel yang digunakan adalah :
N
= 125 / 125 (0,05)2 + 1 = 95,23, dibulatkan 95
2. Formula Jacob Cohen (dalam
Suharsimi Arikunto, 2010:179)
N
= L / F^2 + u + 1
Keterangan :
N = Ukuran sampel
F^2 = Effect Size
u =
Banyaknya ubahan yang terkait dalam penelitian
L = Fungsi Power dari u,
diperoleh dari tabel
Power
(p) = 0.95 dan Effect size (f^2) = 0.1
Harga L tabel dengan t.s 1% power 0.95
dan u = 5 adalah 19.76
maka dengan formula tsb diperoleh ukuran sampel
N = 19.76
/ 0.1 + 5 + 1 = 203,6, dibulatkan 203
3.
Rumus berdasarkan Proporsi atau Tabel Isaac dan Michael
Tabel
penentuan jumlah sampel dari Isaac dan Michael memberikan kemudahan penentuan
jumlah sampel berdasarkan tingkat kesalahan 1%, 5% dan 10%. Dengan tabel ini,
peneliti dapat secara langsung menentukan besaran sampel berdasarkan jumlah
populasi dan tingkat kesalahan yang dikehendaki.
C.
Teknik Sampling
Teknik
sampling merupakan teknik pengambilan sampel yang secara umum terbagi dua yaitu
probability sampling dan non probability sampling.
Dalam
pengambilan sampel cara probabilitas besarnya peluang atau probabilitas elemen
populasi untuk terpilih sebagai subjek diketahui. Sedangkan dalam pengambilan
sampel dengan cara nonprobability besarnya peluang elemen untuk ditentukan
sebagai sampel tidak diketahui. Menurut Sekaran (2006), desain pengambilan
sampel dengan cara probabilitas jika representasi sampel adalah penting dalam
rangka generalisasi lebih luas. Bila waktu atau faktor lainnya, dan masalah
generalisasi tidak diperlukan, maka cara nonprobability biasanya yang
digunakan.
1.
Probability Sampling
Probability
sampling adalah teknik pengambilan sampel yang memberikan peluang yang sama
kepada setiap anggota populasi untuk menjadi sampel. Teknik ini meliputi simpel
random sampling, sistematis sampling, proportioate stratified random sampling,
disproportionate stratified random sampling, dan cluster sampling
Simple
random sampling
Teknik
adalah teknik yang paling sederhana (simple). Sampel diambil secara acak, tanpa
memperhatikan tingkatan yang ada dalam populasi.
Misalnya
:
Populasi
adalah siswa SD Negeri XX Jakarta yang berjumlah 500 orang. Jumlah sampel
ditentukan dengan Tabel Isaac dan Michael dengan tingkat kesalahan adalah
sebesar 5% sehingga jumlah sampel ditentukan sebesar 205.
Jumlah
sampel 205 ini selanjutnya diambil secara acak tanpa memperhatikan kelas, usia
dan jenis kelamin.
Sampling
Sistematis
Adalah
teknik sampling yang menggunakan nomor urut dari populasi baik yang berdasarkan
nomor yang ditetapkan sendiri oleh peneliti maupun nomor identitas tertentu,
ruang dengan urutan yang seragam atau pertimbangan sistematis lainnya.
Contohnya
:
Akan
diambil sampel dari populasi karyawan yang berjumlah 125. Karyawan ini
diurutkan dari 1 – 125 berdasarkan absensi. Peneliti bisa menentukan sampel
yang diambil berdasarkan nomor genap (2, 4, 6, dst) atau nomor ganjil (1, 2, 3,
dst), atau bisa juga mengambil nomor kelipatan (2, 4, 8, 16, dst)
Proportionate
Stratified Random Sampling
Teknik
ini hampir sama dengan simple random sampling namun penentuan sampelnya
memperhatikan strata (tingkatan) yang ada dalam populasi.
Misalnya,
populasi adalah karyawan PT. XYZ berjumlah 125. Dengan rumus Slovin (lihat
contoh di atas) dan tingkat kesalahan 5% diperoleh besar sampel adalah 95.
Populasi sendiri terbagi ke dalam tiga bagian (marketing, produksi dan
penjualan) yang masing-masing berjumlah :
Marketing
: 15
Produksi
: 75
Penjualan
: 35
Maka
jumlah sample yang diambil berdasarkan masing-masinng bagian tersebut
ditentukan kembali dengan rumus n = (populasi kelas / jml populasi keseluruhan)
x jumlah sampel yang ditentukan
Marketing
: 15 / 125 x
95 = 11,4
dibulatkan 11
Produksi
: 75 / 125 x
95 = 57
Penjualan
: 35 / 125 x
95 = 26.6
dibulatkan 27
Sehingga
dari keseluruhan sample kelas tersebut adalah 11 + 57 + 27 = 95 sampel.
Teknik
ini umumnya digunakan pada populasi yang diteliti adalah keterogen (tidak
sejenis) yang dalam hal ini berbeda dalam hal bidangkerja sehingga besaran
sampel pada masing-masing strata atau kelompok diambil secara proporsional
untuk memperoleh
Disproportionate
Stratified Random Sampling
Disproporsional
stratified random sampling adalah teknik yang hampir mirip dengan proportionate
stratified random sampling dalam hal heterogenitas populasi. Namun,
ketidakproporsionalan penentuan sample didasarkan pada pertimbangan jika
anggota populasi berstrata namun kurang proporsional pembagiannya.
Misalnya,
populasi karyawan PT. XYZ berjumlah 1000 orang yang berstrata berdasarkan
tingkat pendidikan SMP, SMA, DIII, S1 dan S2. Namun jumlahnya sangat tidak
seimbang yaitu :
SMP : 100
orang
SMA : 700
orang
DIII :
180 orang
S1
: 10 orang
S2
: 10 orang
Jumlah
karyawan yang berpendidikan S1 dan S2 ini sangat tidak seimbang (terlalu kecil
dibandingkan dengan strata yang lain) sehingga dua kelompok ini seluruhnya
ditetapkan sebagai sampel
Cluster
Sampling
Cluster
sampling atau sampling area digunakan jika sumber data atau populasi sangat
luas misalnya penduduk suatu propinsi, kabupaten, atau karyawan perusahaan yang
tersebar di seluruh provinsi. Untuk menentukan mana yang dijadikan sampelnya,
maka wilayah populasi terlebih dahulu ditetapkan secara random, dan menentukan
jumlah sample yang digunakan pada masing-masing daerah tersebut dengan
menggunakan teknik proporsional stratified random sampling mengingat jumlahnya
yang bisa saja berbeda.
Contoh
:
Peneliti
ingin mengetahui tingkat efektivitas proses belajar mengajar di tingkat SMU.
Populasi penelitian adalah siswa SMA seluruh Indonesia. Karena jumlahnya sangat
banyak dan terbagi dalam berbagai provinsi, maka penentuan sampelnya dilakukan
dalam tahapan sebagai berikut :
Tahap
Pertama adalah menentukan sample daerah. Misalnya ditentukan secara acak 10
Provinsi yang akan dijadikan daerah sampel.
Tahap
kedua. Mengambil sampel SMU di tingkat Provinsi secara acak yang selanjutnya
disebut sampel provinsi. Karena provinsi terdiri dari Kabupaten/Kota, maka
diambil secara acak SMU tingkat Kabupaten yang akan ditetapkan sebagai sampel
(disebut Kabupaten Sampel), dan seterusnya, sampai tingkat kelurahan / Desa
yang akan dijadikan sampel. Setelah digabungkan, maka keseluruhan SMU yang
dijadikan sampel ini diharapkan akan menggambarkan keseluruhan populasi secara
keseluruhan.
2.
Non Probabilty Sampel
Non
Probability artinya setiap anggota populasi tidak memiliki kesempatan atau
peluang yang sama sebagai sampel. Teknik-teknik yang termasuk ke dalam Non
Probability ini antara lain : Sampling Sistematis, Sampling Kuota, Sampling
Insidential, Sampling Purposive, Sampling Jenuh, dan Snowball Sampling.
Sampling
Kuota,
Adalah
teknik sampling yang menentukan jumlah sampel dari populasi yang memiliki ciri
tertentu sampai jumlah kuota (jatah) yang diinginkan.
Misalnya
akan dilakukan penelitian tentang persepsi siswa terhadap kemampuan mengajar
guru. Jumlah Sekolah adalah 10, maka sampel kuota dapat ditetapkan
masing-masing 10 siswa per sekolah.
Sampling
Insidential,
Insidential
merupakan teknik penentuan sampel secara kebetulan, atau siapa saja yang
kebetulan (insidential) bertemu dengan peneliti yang dianggap cocok dengan
karakteristik sampel yang ditentukan akan dijadikan sampel.
Misalnya
penelitian tentang kepuasan pelanggan pada pelayanan Mall A. Sampel ditentukan
berdasarkan ciri-ciri usia di atas 15 tahun dan baru pernah ke Mall A tersebut,
maka siapa saja yang kebetulan bertemu di depan Mall A dengan peneliti (yang
berusia di atas 15 tahun) akan dijadikan sampel.
Sampling
Purposive,
Purposive
sampling merupakan teknik penentuan sampel dengan pertimbangan khusus sehingga
layak dijadikan sampel. Misalnya, peneliti ingin meneliti permasalahan seputar
daya tahan mesin tertentu. Maka sampel ditentukan adalah para teknisi atau ahli
mesin yang mengetahui dengan jelas permasalahan ini. Atau penelitian tentang
pola pembinaan olahraga renang. Maka sampel yang diambil adalah pelatih-pelatih
renang yang dianggap memiliki kompetensi di bidang ini. Teknik ini biasanya
dilakukan pada penelitian kualitatif.
Sampling
Jenuh,
Sampling
jenuh adalah sampel yang mewakili jumlah populasi. Biasanya dilakukan jika
populasi dianggap kecil atau kurang dari 100. Saya sendiri lebih senang
menyebutnya total sampling.
Misalnya
akan dilakukan penelitian tentang kinerja guru di SMA XXX Jakarta. Karena
jumlah guru hanya 35, maka seluruh guru dijadikan sampel penelitian.
Snowball
Sampling
Snowball
sampling adalah teknik penentuan jumlah sampel yang semula kecil kemudian terus
membesar ibarat bola salju (seperti Multi Level Marketing….). Misalnya akan
dilakukan penelitian tentang pola peredaran narkoba di wilayah A. Sampel
mula-mula adalah 5 orang Napi, kemudian terus berkembang pada pihak-pihak lain
sehingga sampel atau responden teruuus berkembang sampai ditemukannya informasi
yang menyeluruh atas permasalahan yang diteliti.
Teknik
ini juga lebih cocok untuk penelitian kualitatif.
C.
Yang perlu diperhatikan dalam Penentuan Ukuran Sampel
Ada
dua hal yang menjadi pertimbannga dalam menentukan ukuran sample. Pertama
ketelitian (presisi) dan kedua adalah keyakinan (confidence).
Ketelitian
mengacu pada seberapa dekat taksiran sampel dengan karakteristik populasi.
Keyakinan adaah fungsi dari kisaran variabilitas dalam distribusi pengambilan
sampel dari rata-rata sampel. Variabilitas ini disebut dengan standar error,
disimbolkan dengan S-x
Semakin
dekat kita menginginkan hasil sampel yang dapat mewakili karakteristik
populasi, maka semakin tinggi ketelitian yang kita perlukan. Semakin tinggi
ketelitian, maka semakin besar ukuran sampel yang diperlukan, terutama jika
variabilitas dalam populasi tersebut besar.
Sedangkan
keyakinan menunjukkan seberapa yakin bahwa taksiran kita benar-benar berlaku
bagi populasi. Tingkat keyakinan dapat membentang dari 0 – 100%. Keyakinan 95%
adalah tingkat lazim yang digunakan pada penelitian sosial / bisnis. Makna dari
keyakinan 95% (alpha 0.05) ini adalah “setidaknya ada 95 dari 100, taksiran
sampel akan mencerminkan populasi yang sebenarnya”.
D.
KESIMPULAN :
Dari berbagai penjelasan di
atas dapat kita simpulkan bahwa teknik penentuan jumlah sampel maupun penentuan
sampel sangat menentukan keberhasilan pencapaian tujuan dari penelitian. Dengan
kata lain, sampel yang diambil secara sembarangan tanpa memperhatikan
aturan-aturan dan tujuan dari penelitian itu sendiri tidak akan berhasil
memberikan gambaran menyeluruh
TEKNIK MENYUSUN KUISIONER UNTUK ANGKET PENELITIAN
copy dari blog tetangga dibuat oleh:
OLEH: DWI ENDAH KUSRINI
Jenis kuisioner ditentukan oleh metode penelitian yang digunakan:
Untuk penelitian kualitatif, informasi yang ingin didapatkan mayoritas adalah informasi yang lebih mendalam sehingga kuisioner yang diperlukan adalah kuisioner yang dapat mengeksplorasi jawaban responden
Untuk penelitian kuantitatif, informasi yang ingin didapatkan mayoritas adalah informasi yang menyebar, sehingga jumlah responden yang dibutuhkan besar dan pertanyaan-pertanyaan dalam kuisioner dirancang agar cepat dan mudah dijawab oleh responden:
- TRIBUT-ATRIBUT DALAM KUISIONER
- PENAMPILAN
- JENIS PERTANYAAN
- ITEM JAWABAN YANG DISEDIAKAN
- PENAMPILAN
Penampilan dalam kuisioner
walaupun tidak menunjang penelitian tetapi penting untuk menarik minat
responden untuk menjawab pertanyaan di dalam kuisioner. Penampilan kuisioner yang tertata
rapi, dengan struktur pertanyaan yg baik akan membuat responden mudah untuk
menjawab. Struktur jawaban sebaiknya
dikelompokkan berdasarkan isi pertanyaan dan diurutkan dari yang termudah
dijawab hingga tersulit untuk dijawab, misalnya kelompok pertanyaan
demografi/identitas responden, perilaku, pendapat. Apabila kuisioner mempunyai banyak
halaman bentuk buku dapat menjadi suatu pilihan.
JENIS PERTANYAAN
Jenis pertanyaan yang ada di
dalam kuisioner sangat bergantung pada variabel-variabel yang hendak diukur
dalam penelitian. Jenis pertanyaan juga sangat
dipengaruhi oleh jenis metode penelitian
yang digunakan. Untuk penelitian yang kualitatif
maka lebih banyak pertanyaan-pertanyaan terbuka, bahkan hampir semua open
question. Untuk penelitian yang
kuantitatif maka lebih banyak pertanyaan-pertanyaan tertutup, atau bisa
gabungan terbuka dan tertutup.
Untuk penelitian kualitatif
pertanyaannya tidak perlu berbentuk kalimat lengkap tapi cukup point-point
bahasan. Contoh: Untuk mengukur tentang
kepedulian masyarakat akan kondisi lingkungan sekitarnya maka pertanyaannya:
Keindahan:................................................
Kenyamanan:...........................................
Kebersihan:................................................dst
Sehingga responden boleh
memberikan jawabannya sesuai keinginan mereka dengan panjang lebar, namun
demikian perlu diperhatikan pada saat wawancara, interviewer boleh menjelaskan
dalam bentuk pertanyaan dan harus berhati-hati agar tidak mengarahkan responden
menjawab jawaban tertentu.
Untuk penelitian kualitatif
sebaiknya jenis pertanyaan yang diberikan dalam bentuk kalimat lengkap dengan
struktur kalimat yang benar agar tidak membingungkan responden. Jawaban yang disediakan harus
mutually exklusif dan exhaustive, artinya seluruh jawaban yang disediakan
memenuhi seluruh kriteria jawaban yg disediakan responden, dan tidak ada
responden yg ada dalam dua kriteria atau lebih (terkecuali peneliti mengijinkan
responden memilih lebih dari satu jawaban)
ITEM JAWABAN YANG DISEDIAKAN
Item jawaban yang disediakan harus
sesuai ukuran variabel yang sedang dicari. Apabila skala data yang diinginkan
adalah skala nominal maka item jawabannya juga harus berskala nominal, demikian
juga dg skala ordinal. Apabila skala data yang diinginkan
adalah skala interval atau rasio maka pertanyaannya harus berbentuk pertanyaan
terbuka. Hati-hati dalam memberikan
pertanyaan yang mengandung suatu ukuran frekuensi, misalnya sering, jarang,
kadang-kadang. Item yang disediakan harus netral
dan balanced, sehingga tidak mengarahkannya untuk menjawab jawaban tertentu.
Pertanyaan filter bisa dipergunakan untuk menyaring
responden yang tidak masuk dalam kualifikasi
Keterangan untuk jawaban jangan terlalu jauh dari
pertanyaannya. Hindari penggunaan istilah-istilah yang tidak umum,
berbahasa asing dan membingungkan.
LANGKAH-LANGKAH MEMBUAT KUISIONER
Kusioner yang baik adalah kuisioner yang mampu menguhubungkan
antara tujuan-konsep-variabel-kuisioner-metode pengolahan
data
Contoh:
Langkah
I Spesifikasikan
informasi
yang diperlukan
- Pastikan semua informasi didapatkan seluruhnya untuk menjawab permasalahan, permasalahan penelitian. Hipotesis, karakteristik tujuan penelitian
- Dapatkan target populasi yang jelas
Langkah
2 Tipe
metode
wawancara
•Tentukan tipe wawancara yang
ingin dilakukan.
Langkah
3 Isi pertanyaan
secara
individual
- Apakah pertanyaan tersebut perlu
- Apakah ada beberapa pertanyaan yang membingungkan
- Jangan memberikan pertanyaan yang berisi dua alternatif
Langkah 4 Mengatasi
ketidakmampuan dan ketidakinginan untuk menjawab
- Apakah responden yang dipilih mengerti akan permasalahan yang akan ditanyakan
- Jika tidak, pertanyaan filter (seperti familiaritas, penggunaan produk, pengalaman masa lalu) harus ditanyakan sebelum menjawab topik penelitian.
- Dapatkah responden mengingat pertanyaan yang akan diberikan
- Hindari penghapusan kesalahan, pendekatan, dan kreasi pada jawaban
- Dapatkah responden memahami?
- Apakah isi pertanyaan ditanyakan secara benar
- Apakah informasinya sensitif:
- Letakkan diakhir kuisioner
- Dahului pertanyaaan dengan kata-kata bahwa perilaku yang ditanyakan adalah hal umum
- Sembunyikan pertanyaan dalam kelompok dimana responden mau menjawab
- Berikan beberapa katagori jawaban daripada menanyakan hal-hal khusus
Langkah 5 Pilihlah
Struktur
Pertanyaan
- Pertanyaan terbuka digunakan untuk riset eksploratory
- Gunakan struktur pertanyaan bila mungkin
- Pertanyaan multiple choice, alternatif jawaban harus mengikutkan kemungkinan jawaban yang mungkin dan harus mutually exclusive
- Dalam pertanyaan dikotomus, jika diperkirakan ada sejumlah orang yang terlihat netral tambahkan jawaban netral.
- Pertimbangkan untuk menggunakan teknik pemilihan terpisah untuk menekan bias dalam urutan dalam pertanyaan dikotomus dan multiple choice.
- Jika alternatif jawaban sangat banyak, pertimbangkan menggunakan lebih dari satu pertanyaan untuk memudahkan responden menjawab
Langkah
6 Memilih
Kata-kata dalam
pertanyaan
- Definisikan isu dalam bentuk Siapa, Apakah, Kapan, Dimana, dan Mengapa
- Gunakan kata-kata yang biasa dan mudah dipahami responden
- Hindari kata-kata yang membingungkan responden: biasanya, normalnya, seringnya, selalu, kadang-kadang dst
- Hindari pertanyaan dengan kata-kata yang menuntun responden untuk menjawab jawaban tertentu
- Hindari alternative pilihan yang tidak jelas
- Hindari asumsi yang tidak jelas
- Responden tidak dibolehkan memberikan perkiraan secara umum
- Gunakan pernyataan yang positif
Langkah
7 Tentukan
Urutan
Pertanyaan
- Pertanyaan pembuka harus menarik, sederhana dan mudah
- Pertanyaan umum harus diletakkan dimuka
- Informasi dasar harus didapatkan diawal, dilanjutkan dengan klasifikasi dan diakhiri dengan identifikasi informasi.
- Pertanyaan sulit, sensitif, dan kompleks harus diletakkan diakhir
- Pertanyaan umum harus mendahului pertanyaan khusus
- Pertanyaan harus mengikuti urutan logika
- Cabang-cabang pertanyaan harus dirancang secara hati-hati untuk mendapatkan semua kemungkinan
- Pertanyaan yang menjadi cabang harus diletakkan sedekat mungkin dengan pertanyaan penyebab adanya cabang dan pertanyaan cabang harus durutkan sehingga memudahkan responden memberikan jawaban tambahan yang diminta
Langkah
8 Bentuk
dan
Tampilan
- Pisahkan kuisioner dalam beberapa bagian
- Pertanyaan dalam setiap bagian harus diberi nomor
- Kuisioner harus diberi kode terlebih dahulu
- Kuisioner harus diberi nomer secara serial
Langkah
9 Memperbanyak
kuisioner
- Kuisioner harus mempunyai penampilan yang profesional
- Format seperti buku catatan harus digunakan untuk kuisionare yang panjang
- Setiap pertanyaan harus diperbanyak dalam satu halaman
- Jawaban vertikal dapat digunakan
- Kisi-kisi berguna bila ada sejumlah pertanyaan yang berhubungan yang menggunakan himpunan jawaban yang sama
- Kecenderungan untuk menjadikan satu pertanyaan untuk memperpendek kuisioner harus dihindari
- Arahan pengisian harus diletakkan dekat pertanyaan yang diberikan arahan
Langkah
10 Pretest
- Ujicoba atau pretest kusioner harus selalu dilakukan
- Semua aspek pada kuisoner harus diuji, termasuk isi pertanyaan, kata-kata, bentuk, dan tampilan, kesulitan pertanyaan dan instruksinya
- Responden yang diberi ujicoba harus responden yang akan disurvai sebenarnya
- Awali ujicoba dengan menggunakan intervew secara personal
- Bila survai ingin dilakukan dengan menggunakan telepon atau email, ujicoba juga dilakukan dengan cara yang sama
- Variasi dalam wawancara harus dilakukan dalam ujicoba
- Ukuran sampel dalam ujicoba kecil minimum 30 responden
- Gunakan analisis awal dan lakukan identifikasi masalah
- Sesudah revisi secara signifikan dilakukan pada kuisioner ujicoba lain bisa dilakukan dengan menggunakan sampel yang berbeda
- Respons yang didapatkan dari ujicoba harus dikoding dan dianalisis.
Mudah-mudahan membantu para mahasiswa skripsi/TA/Thesis,
salam
Subscribe to:
Posts (Atom)