Wednesday, November 30, 2011

Riset Di Perguruan Tinggi Abaikan Kebutuhan Industri

Nawa Tunggal | Agus Mulyadi | Rabu, 30 November 2011 | 08:13 WIB


 KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO Universitas Gadjah Mada
JAKARTA, KOMPAS.com - Kegiatan riset di perguruan tinggi, selama ini lebih banyak berjalan sendiri-sendiri, dan mengabaikan kebutuhan industri.
Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta untuk ketiga kalinya menyelenggarakan Forum Riset Industri pada Rabu (30/11/2011) ini, hingga 1 Desember 2011, di Jakarta, untuk mempertemukan para perisetnya dengan pelaku industri sebagai langkah awal menuju riset yang aplikatif.
Menurut Kepala Bidang Pengembangan dan Layanan Riset Industri pada Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) UGM, Yusril Yusuf, Rabu pagi, Forum Riset Industri Indonesia 2011 ini mengambil tema, "Kemandirian Industri Kesehatan Nasional: Tantangan dan Peluang bagi Riset Perguruan Tinggi".
Yusril menyebutkan, kemandirian diberi makna sebagai kemampuan riset untuk mengolah potensi lokal. Dasar pemikirannya untuk lebih mencermati arus perdagangan bebas yang semakin deras.
Selama ini, potensi lokal di bidang kesehatan antara lain merujuk pada potensi kekayaan keanekaragaman hayati dan kearifan lokal. Produk obat herbal dari kenakeragaman hayati yang ada di Indonesia, sudah dikembangkan sebagai kearifan lokal di berbagai suku masyarakat, tetapi selama ini masih kurang mendapat dukungan riset intensif dari perguruan tinggi.
Beberapa menteri dijadwalkan hadir di dalam Forum Riset Industri Indonesia itu. Menteri Kesehatan, Endang Rahayu Sedyaningsih, misalnya, diminta menjadi salah satu pembicara utama. Menteri Perdagangan Gita Irawan Wirjawan juga diminta untuk memberikan sambutan acara ini.
Presiden Direkltur PT Kalbe Farma Tbk, Bernadette Ruth Irawati Setiyadi, dan Direktur Utama PT Kimia Farma, Sjamsul Arifin, juga diundang menjadi pembicara utama pada forum ini.

No comments:

Post a Comment